Filsafat pendidikan Islam, sebagaimana juga filsafat pendidikan umum merupakan pedoman bagi perancang dan orang- orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran Islam.
Pemikiran- pemikiran filsafat dengan sistem pendidikan Islam ini, bisa ditelusuri pelaksanaannya dengan melihat pelaksanaan pendidikan di zaman permulaan Islam hingga ke zaman klasik. Di rentang masa tersebut, diduga sistem pendidikan Islam belum dipengaruhi oleh pemikir- pemikiran filsafat pendidikan asing. Hingga cukup beralasan saat Roger Bacon menyatakan bahwa “ Jika seseorang ingin menemukan kebenaran, maka ia seharusnya mempelajarinya dari orang- orang Muslim”.
Sebuah peradaban dengan sendirinya lahir dan hanya dapat dilestarikan, bila unsur- unsur yang menopangnya diwariskan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi, sebagai nilai- nilai budaya yang dianggap benar. Dalam kaitan ini terlihat dengan adanya peranan suatu sistem pendidikan Islam. Sebab pendidikan pada dasarnya berarti pewarisan kebudayaan dari generasi ke
generasi selanjutnya agar hidup bisa berlanjut. Adapun komponen- komponen Ilmu pendidikan Islam yang sangat urgent, antara lain:
1. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam adalah identic dengan dasar ajaran agama Islam. keduanya bersumber dari al- Quran dan al Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas, syar’i , ijma’yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil
pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara, pengetahuan manusia dan akhlak dengan merujuk pada al- Quran dan al- Hadis.
Tujuan pendidikan secara filosofi maka sebenarnya kita telah memasuki persoalan yang menjadi salah satu sasaran yang utama dan filsafat dimana terdapat pertemuan antara pandangan filosofis dan pandangan paedagogik antropologi, dimana pendidikan dalam menentukan tujuannya itu banyak mendapat bantuan dari filsafat ini. Sebab di dalam tujuan pendidikan kita mempersoalkan manusia atau bagaimana manusia itu akan mencapai pendidikan yang telah dicita-citakan.
Adapun sasaran pokok yang akan dicapai oleh pendidikan Islam yaitu adalah sebuah kebahagiaan didunia dan akhirat, nilai lebih tersebut terlihat bahwa sistem pendidikan Islam dirancang agar dapat merangkum tujuan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, yang pada hakikatnya
tunduk pada hakikat penciptaannya. Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah ayat 202 yang berisikan tentang aplikasi dan terangkum dalam cita- cita setiap muslim;
Artinya: dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka.
Melalui tahapan ini penenempatan manusia dibumi sebagai khalifah dibumi seperti halnya fitrah kejadian manusia, Allah SWT berfirman dalam surat Al- Baqarah ayat 30:
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Muhammad Munir menjelaskan tentang tugas kekhalifah tersebut berbentuk akhlak yang mulia sehingga akan menjadikan pencapaian tujuan yang pendidikan Islam. Adapun ciri- ciri tujuan pendidikan Islam yang diantaranya sebagai berikut:
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan dimuka bumi dengan sebaik- baiknya, yaitu melaksanakan tugas- tugas memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.
b. Mengerahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmani sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
e. Mengarahkan manusia afgar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Ciri- ciri manusia diatas secara umum adalah manusia yang baik. Atas dasar diatas para ahli sepakat bahwa pendidikan Islam pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah menghasilkan manusia yang baik dan beribadah kepada Allah dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi.
2. Kurikulum Pendidikan Islam
a. Pengertian Kurikulum
Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, currriculum yang berarti bahan pengajaran. Adapula yang mengatakan kata tersebut dari bahasa Perancis courier yang artinya berlari. Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordintif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Menurut para ahli pendidikam mengenai kurikulum yaitu:
1) Menurut Ronald Doll: Curriculum the experiences which are of the school.(Kurikulum meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada murid dibawah bantuan sekolah).
2) Menurut William B. Ragam: Curriculum is all the experiences of children for which the school accepts responsibility. (Kurikulum adalah semua pengalaman murid dibawah tanggung jawab sekolah)
3) Menurut Harun Nasution : Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disampaikan dan disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematis dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
4) Menurut Oemar Hamalik : memiliki dua pandangan tentang kurikulum yaitu sudut pandang modern dan tradisional
a) Secara tradisional : Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.
b) Secara modern : Kurikulum adalah program kegiatan terencana yang memiliki rentang waktu yang cukup luas hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh.
Dari berbagai penjelasan diatas penulis menyimpulkan pengertian kurikulum adalah sebuah seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Pada dasarnya kurikulum oleh berbagai aspek utama yang menjadi
cirinya kurikulum.
b. Aspek kurikulum yang terkandung diantaranya sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum itu.
2) Pengetahuan (knowledge), ilmu- ilmu, data, aktivitas- aktivitas dan pengalaman- pengalaman yang menjadi sumber terbentunya kurikulum itu.
3) Metode dan cara- cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh peserta didik untuk mendorong mereka kearah yang dikehendaki oleh tujuan yang dirancang.
4) Metode dan cara penilaian yang digunakan mengukur hasil hasil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
Dalam rincian diatas terdapat empat aspek utama kurikulum yaitu tujuan pendidikan, materi yang akan diberikan, metode pengajarannya, serta penilaian yang dilakukan. Beranjak dari keempat aspek tersebut jika dikaitkan dengan filsafat dan sistem pendidikan Islam tentunya kurikulum tersebut harus bisa menyatu dengan ajaran agama Islam.
Omar Muhammad Al- Tomy Al Syabay menyebutkan ada lima ciri kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
a) Menonjolkan tujuan agama akhlak diberbagai tujuan- tujuannya dan kandungan- kandungannya, metode, alat,dan teknik bercorak agama.
b) Meluas ruang lingkup dan menyeluruh kandungannya. Yakni kurikulum yang betul- betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaranya yang menyeluruh. Serta pengembangan dan
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spritual.
c) Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam- macam.
d) Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu- ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan Islam jasmani, latihan, militer, teknik.
e) Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan pebedaan individuanatara siswa. Disampin itu juga yang berkaitan dengan alam sekitar budaya dan
social diman kurikulum dilaksanakan.
Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan Islam, yang tidak hanya menempatkan anak didik sebagai objek pendidikan, melainkan juga sebagai subjek didik yang sedang mengembangkan diri
menuju kedewasaan sesuai dengan konsepsi Islam. Karenanya kurikulum tidak bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan dalam suatu situasi dan kondisi apapun dimana tercipta interaksi educative yang timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa ciri khas kurikulum pendidikan Islam yang memandang peserta didik sebagai makhluk yang potensial untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas kependidikan. Pendidik dan seluruh komponen kependidikan lainnya, termasuk kurikulum hanya sebagai media, atau sarana yang harus menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi proses pengembangan totalitas potensi yang dimiliki peserta didik itu menuju kesempurnaan secara optimal.
c. Prinsip- Prinsip Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip- prinsip, Al- Syaibani dala hal ini menyebutkan prinsip kurikulum pendidikan yang diantaranya:
1) Prinsip pertautan dengan Agama, artinya bahwa semua elemen kurikulum baik aspek tujuan, materi, alat dan metode dalam pendidikan Islam selalu menyandarkan pada dasar-dasar ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
2) Prinsip Universal, universal disini dimaksudkan bahwa tujuan dan cakupan kurikulum pendidikan Islam harus mencakup semua aspek yang mendatangkan manfaat, baik bagi peserta didik, baik yang
bersifat jasmaniyah maupun rohaniyah. Cakupan isi kurikulum menyentuh akal dan qalbu peserta didik. Pendidikan yang dikembangkan sebisanya dikembangkan bukan pendidikan sekuler, melainkan sebaliknya yaitu pendidikan rasional yang mempunyai arti mengajarkan materi-metari yang bermanfaat bagi kehidupan akhirat dan dunia bagi peserta didik. Dengan demikian dalam
pendidikan Islam tidak ada dikotomi antara ilmu umum dan ilmu Agama. Allah SWT berfirman dalam QS. Al- Insan ayat 26:
Artinya: dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.
3) Prinsip keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai suatu lembaga pendidikan dengan cakupan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Keseimbangan ini meliputi materi yang
bersifat religi-akhirat dan profane-keduniaan dengan mencegah orientasi sepihak saja. Hakikat dari prinsip keseimbangan ini , didasarkan pada firman Allah Swt dalam surat al-Qashas ayat 77.
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
4) Prinsip keterkaitan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan pelajar, dengan lingkungan sekitar baik fisik maupun social. Dengan prinsip ini kurikulum pendidikan Islam berkeinginan menjaga
keaslian peserta didik yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini selaras dengan pendapat Jean Peaget tentang pendidikan, ia mengatakan bahwa pindidikan harus diindividulisasikan dengan menyadari bahwa kemampuan untuk mengasimilasi akan berbeda dari satu individu dengan individu yang lain, konsekuensinya materi pendidikan harus memperhatikan pebedaan peserta didik.
5) Prinsip fleksibelitas, maksdunya kurikulum pendidikan Islam dirancang dan dikembangkan berdasakan prinsip dinamis dan up to date terhadap pekembangan dan kebutuhan masyarakat, bangsa dan Negara. Anak didik yang berkarakte menjadi dambaan bukan hanya sebagai orang tua tetapi juga menadi kebutuhan bangsa dan Negara mengingat anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan mengemban amanat kepemimpinan di masa yang akan datang.
6) Prinsip memperhatikan perbedaan individu, peserta didik merupakan pribadi yang unik dengan keadaan latar belakang social ekonomi dan psikologis yang beraneka macam, maka penyusunan kurikulum pendidikan Islam haruslah memperhatikan keberAgamaan latar
belakang tersebut demi tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri.
7) Prinsip pertautan antara mata pelajaran dengan aktifitas fisik yang tercakup dalam kurikulum pendidikan Islam. Petautan ini menjadi urgen dalam rangka memaksimalkan peran kurikulum sebagai sebuah program dengan tujuan tercapainya manusia yang berakhlak.
Dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh kurikulum dalam pendidikan Islam, adalah sama dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri yaitu membentuk akhlak yang mulia dalam kaitannya dengan hakikat penciptaan manusia.
3. Metode Pendidikan Islam
a. Pengertian Metode
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, Yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau ”cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengertian letterlijk, kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari meta yang berarti “melalui”. Dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi, metode berarti “jalan yang dilalui”. Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan thariqah
yang berarti langlah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Sedang pengertian yang lebih luas, metode diartikan sebagai “cara” bukan “langkah” atau “prosedur”. Kata “prosedur” lebih bersifat teknis administratif atau taksonomis seolah-olah mendidikatau mengajar hanya diartikan sebagai langkah-langkah yang aksiomatis, kaku, dan tematis. Sedang metode yang diartikan sebagai “cara” mengandung implikasi “mempengaruhi” serta saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik. Dalam pengertian kedua ini, antara pendidik dan anak didik berada dalam proses kebersamaan yang menuju ke arah tujuan tertentu. Dengan begitu diharapkan penggunaan metode bisa efektif.
Adapun pengertian metode menurut para ahli pendidikan yang diantaranya adalah:
1) Menurut Muzayyin Arifin
Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos, meta berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan atau cara, dengan demikian metode dapat diartikan dengan cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.
2) Menurut Imam Bernadib
Metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu tersebut.
3) Menurut Hasan Langgulung
Metode adalah sebuah cara atau jalan untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistemtikanya suatu pemikiran (tujuan pendidikan).
Dari beberapa ulasan dari para ahli pendidikan tentang pengertian metode diatas maka penulis memberikan kesimpulan bahwa metode adalah sebuah cara atau jalan yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk memberikan sebuah materi pendidikan kepada peserta didik dalam mencapai sebuah tujuan pendidikan.
Diatas sudah dijelaskan terkait pengertian metode. Selanjutnya, pertimbangan filosofis dalam penggunaan metode ini sangatlah penting. metode, suatau materi pelajaran tidak akan dapet berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan
pendidikan.
Dalam proses pendidikn Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang memberi makna materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karea itu, metode yang ditetapkan oleh seorang guru dapat berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dietapkan.
Metode dapat dikatakan tepat guna bila mengandung nilai-nilai instrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan islam. Antara metode, kurikulum dan tujuan pendidikan Islam mengandung relevansi (keterkaitan) ideal dan operasional dalam proses kependidikan. Ini karena proses kependidikan islam mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi anak didik dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan yang amaliah mengacu padda tuntunan agama dan tuntunan hidup bermasyarakat.
Metode pendidikan islam yang tepat akan memberikan hasil dari pendidikan yang tepat pula. Hal ini perlu diperhatikan. Dalam menyampaikan materi kepada peserta didik maka perlu ditetapkan
metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapai manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna. Karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al Qur’an senantiasa
mengarah kepada pengembangan jiwa, akal, dan jasmani manusia itu, sesuai firman-Nya dalam al Qur’an Surat al Anfal ayat 7; Dan bukanlah kamu yang melempar, tetapi Allah lah yang melempar. Dengan demikian jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan.
Dalam Islam, turunnya ayat al Qur’an secara bertahap yang menjawab masalah-masalah yang timbul, membuktikan bahwa metode al -Quran adalah pendekatan masalah/problem. Dasar metode pendidikan Islam, yaitu:
1) Dasar Agama
Yakni merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah proses pembelajaran, agama adalah salah satu dasarnya.
2) Dasar Biologi
Semakin dinamis perkembangan biologi seseorang, maka dengan sendirinya akan meningkat pula intelektualnya.
3) Dasar Psikologis
Metode pendidikan Islam baru dapat doterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik. Sebab, perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik
akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan.
4) Dasar Sosiologis
Interaksi pendidikan dalam masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan peserta didik dikala mereka berada dilingkungan masyarakat. Allah telah menunjukkan kepada kita prinsip-prinsip dalam melakukan pendidikan baik secara tersirat maupun tersurat. Al Qur’an diturunkan untuk rahmat sekalian alam melalui proses pendidikan dan pengajaran. Didalam proses itu terdapat sistem pendekatan metodologis yaitu:
a) Pendekatan psikologis
Aspek rasional atau intelektual mendorong manusia untuk berpikir induktif dan deduktif tentang gejala ciptaan-Nya dilangit dan di bumi. Juga aspek emosional yang mendorong manusia untuk merasakan adanya kekuasaan yan lebih tinggi yang ghaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan. Sedangkan aspek ingatan dan kemauan manusia juga didorong untuk difungsikan dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang diturunkan-Nya.
b) Pendekatan sosiokultural
Pendekatan ini memandang bahwa manusia tidak hanya makhluk individual, melainkan makhluk sosial budaya yang dikaruniai potensi menciptakan sistem kehidupan bermasyarakat.
c) Pendekatan scientific
Memandang bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai daya (potensi) menciptakan atau menemukan hal-hal baru yang kemudian dikembangkan melalui inteleknya menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi kesejahteraan hidupnya.
4. Penilaian atau Evaluasi
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting. Keberhasilan proses pendidikan secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut. Salah satu indikator kualitas pendidikan yang baik adalah lulusannya yang berkompeten. Kompetensi merupakan fungsi dari banyak variabel antara lain kemampuan peserta didik, kemampuan pendidik, fasilitas, manajemen dan perkembangan pengetahuan ilmiah dan teknologi serta seni. Ruang lingkup pendidikan sangat luas mulai dari input atau masukan, proses sampai hasilnya atau output.
Untuk mengetahui bahwa proses yang kita lakukan sesuai dengan tujuannya maka harus dilakukan umpan balik. Salah satu bentuk umpan balik yang dilakukan adalaah evaluasi. Sistem evaluasi yang dipergunakan memegang peranan penting dalam laporan lembaga pendidikan karena lewat laporan itulah dapat diketahui perkembangan anak didik setelah mengikuti proses pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.
a. Pengertian Evaluasi Pendidikan
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris Evaluation yang berarti penilaian. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Dari segi istilah sebagaimana dikemukakan Edwind Wandt dan Gerald W.Brown evaluasi pendidikan yaitu kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal dengan istilah imtihan yang berarti ujian. Dan dikenal juga dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.
Tabrani Rusyan mendefinisikan evaluasi pendidikan sebagai proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian.
Nana Sudjana juga mendefinisikan evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan atau tindakan untuk melihat sejauh mana tujuan- tujuan intruksional telah dapat dicapi atau dikuasai oleh peserta didik dalam bentuk hasil- hasil belajar yang dapat diperlihatkan setelah mereka
menempuh pengalaman belajarnya.
Jadi, setelah melihat beberapa tokoh pendidikan diatas penulis menyimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah sebuah proses penilaian yang dilakukan oleh peserta didik baik tes maupun nontes sehingga pendidik bisa bisa mendapatkan informasi dalam bentuk penilaian.
b. Kedudukan Evaluasi Pendidikan
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yag sangat strategis, dikarenakan hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh perhatiannya terhadap evaluasi tersebut. Allah SWT dalam suatu firmannya yang memberitahukan bahwa pekerjaan evalausi terhadap peserta didik merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Firman Allah dalam QS. Al Baqarah (02), ayat 31- 32:
Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
c. Prinsip Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian tentang suatu adpek yang dihubungkan dengan situasi aspek lainnya sehingga diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh yang ditinjau dari berbagai aspek. Evaluasi diartikan sebagai proses penilaian tentang keberhasilan tujuan- tujuan pendidikan yang tercapai.
Penilaian tersebut dapat berhasil jika dilakukan sesuai dengan prinsip- prinsip sebagai berikut:
a) Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.
b) Prinsip menyeluruh, maksudnya penilaian harus mengumpulkan data mengenai seluruh aspek kepribadian.
c) Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar subyektif mungkin.
d) Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.
Prinsip diatas sejalan dengan system ajaran Islam, karena prinsip tersebut dalam ajaran Islam termasuk kedalam akhlak yang mulia. Dalam akhlak yang mulia seseorang harus bersifat obyektif, jujur, dan mengatakan sesuatu sesuai apa adanya.
Al-Quran menjelaskan sebagaimana QS. At- Taubah 9 ayat 119:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
System evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada system evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam al- Quran, sebagaimana telah dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW, Dari apa yang tela dilakukan Rasulullah dalam proses pembinaan risalah Islamiyah, maka secara umum
system evaluasi pendidikan Islam sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai mana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya, yang tertera pada QS. An- Naml (27): 4090
Artinya: Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AIKitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamusebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
2. Memberikan semacam berita gembira bagi yang berkelakuan baik, dan memberika semacam siksaan bagi orang yang beraktifitas buruk, yang tertera pada QS. Az- Zalzalah (99) ayat 7-8:
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya., dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Bila merujuk ke taksonomi Bloom yang menggunakan ranah domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka paradigma evaluasi pendidikan Islam, ketiga ranah tersebut dilihat secara integritas dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Hilangnya satu ranah dalam evaluasi pendidikan Islam akan menyebabkan gagalnya upaya mengevaluasi.Konsep evaluasi dalam pendidikan Islam bersifat menyeluruh, baik dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya. Spectrum kajian evaluasi dalam pendidikan Islam tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek, melainkan semua aspek tersebut dibutuhkan keseimbangannya yang terpadu antara penilaian iman, ilmu, dan amal.
Dari keterangan diatas penulis memberikan sebuah kesimpulan bahwa adapun perbedaan antara Ilmu Pendidikan Islam dan Filsafat pendidikan Islam, bahwa Ilmu Pendidikan Islam adah Ilmu yang membicarakan tentang masalah- masalah pendidikan secara umum, menyeluruh dan abstrak, dengan mengandung jiwa yang teoritis dan praktis. Ilmu pendidikan tidak dapat berdiri sendiri memerlukan filsafat pendidikan Islam sebagai tulang punggung untuk memecahkan masalah- masalah pendidikan.